Ujang ingat pesan orangtua dan sahabatnya di desa agar jika
sudah sukses nanti, jangan lupakan keluarga dan teman-teman, jangan
jadi kacang yang lupa pada kulitnya.
Maka setelah tanggal gajian, Ujang pun minta izin bosnya
untuk datangi bank terdekat. Alhamdulillah bosnya baik hati dan memberi
izin selama 1 jam. Beginilah nasib karyawan, mau ke bank saja harus izin
dulu sama atasan. Tak habis fikir juga ia kenapa bank hanya buka pada
saat jam kerja kantoran ya. Padahal kan banyak orang kantoran yang perlu
berurusan sama bank.
Sesampainya di bank, Ujang disambut oleh satpam yang ramah “ada yg bisa kami bantu?”
”Saya mau buka akun” kata Ujang dengan mantap. Walaupun
saya ini cuma OB di kantor saya, tapi di bank ini saya adalah konsumen
fikir Ujang dengan percaya diri.
”Kalau begitu silakan ambil nomor antrian ini dan silakan duduk sampai dipanggil nomornya” jelas pak Satpam dengan ramahnya.
Waduh,…. dapat nomor antrian 87 nih, padahal sekarang
nomor di layar masih nomor 45, masih lama nih. Ya Allah, mudah-mudahan
gak lama nih antriannya, saya cuma punya izin 1 jam dari kantor. Doa si
Ujang di dalam hati.
Tak setelah ia berdoa, seorang lelaki di sebelahnya dengan
gusar melihat jam tangan sambil mendesah, “waduh, lama banget ya, saya
ada miting 15 menit lagi. Mas, pakai nomor saya saja nih, nanti aja saya
balik lagi besok”.
Alhamdulillah ya Allah…. Engkau jawab doaku melalui orang
baik yang tidak sabaran ini. Nomor antrian 52 pun kini di tangannya. Ah,
ada gunanya juga ternyata orang tidak sabar itu. Berguna untuk orang
lain yang antri di belakangnya
35 menit kemudian Ujang pun dipanggil oleh mbak CS bank
yang cantik. “Selamat siang mbak, saya mau buka akun” kata si Ujang
sambil senyum semanis mungkin. Di kampung kok gak ada yang dandan cantik
begini ya, gumam Ujang dalam hatinya.
“Baik pak, boleh saya pinjam KTP-nya?” jawab mbak CS yang cantik.
“Waduh mbak, harus pakai KTP ya? Saya lupa gak bawa KTP”.
Setelah susah payah mengantri hampir 1 jam lamanya ternyata niat baiknya
untuk menjalankan amanah orangtuanya pun kandas di meja CS. Dengan
langkah gontai, Ujang kembali ke kantornya. Terpaksa ulang lagi deh
antriannya besok.
Dengan jujur Ujang sampaikan pada bosnya kejadian kemarin
di bank, dan minta izin lagi untuk kembali ke bank. Untunglah bosnya
Ujang memahami keteledoran Ujang dan kembali memberikan izin padanya.
“Ingat ya Jang, kalau urusan sama bank harus bawa identitas” pesan
bosnya.
Dalam perjalanan dari kantor ke bank, Ujang berdoa agar
tidak harus antri terlalu lama. “Ah, agar niat baik ini dimudahkan
Allah, aku mau sedekah dulu deh” dengan spontan Ujang memberikan
selembar uang jatah makan siangnya ke pengemis di pinggir jalan. Kata
ustadz, kalau kita punya hajat harus banyak berdoa meminta pada Allah,
dan dibantu dengan sedekah agar Allah ridho pada kita. Ujang mengingat
salah satu pesan ustadz di musholla kampungnya.
Sesampainya di bank, girangnya bukan main si Ujang karena
mendapatkan nomor antrian 5 nomor setelah nomor yang ada di papan.
Alhamdulillah, kalau kita sungguh-sungguh berdoa, diiringi dengan
sedekah, insya Allah rezeki gak bakal kemana.
Eh, si mbak cantik itu lagi yang jaga. Mudah-mudahan saya
dipanggil meja itu lagi, pinta Ujang dalam hati. Siapa tahu jodoh, buat
perbaikan keturunan.Dan lagi-lagi doa Ujang pun dikabulkan. Nomor
antriannya dipanggil ke mbak cantik petugas CS.
Dengan senyum yang merekah, Ujang berjalan penuh percaya
diri ke meja CS. Setelah sapaan standar bank yang penuh basa-basi dari
bibir manis mbak CS, Ujang memulai pendekatan. Eh salah, maksudnya
percakapan.
“Ada yang bisa saya bantu pak?”
“Eh, iya mbak. Masih ingat saya nggak yang kemarin kelupaan gak bawa KTP” jawab Ujang dengan percaya diri.
“Jadi gini mbak, saya kan merantau dari kampung untuk
memperbaiki nasib saya dan keluarga. Saya dapat amanah dari ortu dan
teman-teman agar jangan jadi kacang yang lupa pada kulitnya. Kalau sudah
sukses, jangan lupakan orang tua dan sahabat di desa.” Panjang lebar
Ujang cerita, sambil menyelam sekalian aja minum air. Sambil mau buka
akun, sekalian aja pendekatan.
Si mbak CS pun sesuai dengan prosedur operasional standar
dari bank tetap tersenyum sambil mendengarkan curhatan Ujang sambil
sesekali anggukan kepala.
“Nah, untuk menjalankan amanah dari orang tua tersebut, saya ke sini bermaksud untuk membuka akun mbak”.
”Baik pak, saya jelaskan dulu beberapa produk kami ya pak”
sambil memberikan beberapa brosur CS bank ini dengan fasih jelaskan
produk dan fitur unggulan bank tempatnya bekerja. “Nah, jadi bapak mau
bukan akun yang mana? Giro, tabungan, atau deposito? mau yang biasa,
atau yang layanan premium pak?”
”Waduh mbak, banyak juga ya pilihannya?.. Padahal… saya ke
sini cuma mau buka akun facebook aja kok mbak. Biar saya bisa tetap
silaturrahmi dengan keluarga dan teman di kampung. Sesuai dengan amanah
orang tua, jangan lupakan desa kalau sudah sukses di kota”.
Ah….. Ternyata, niat baik saja tidak cukup ya. Perlu kecerdasan juga Anda baru saja membaca artikel yang berkategori kata bijak
dengan judul Jangan Lupa Kacang Pada Kulitnya. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://zeinsee.blogspot.com/2013/05/jangan-lupa-kacang-pada-kulitnya.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
zeinsee - Jumat, 17 Mei 2013
Belum ada komentar untuk "Jangan Lupa Kacang Pada Kulitnya"
Posting Komentar